Sabtu, 15 Desember 2012

HIV,AIDS



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Kajian Ilmiah (HIV,AIDS) pada budaya”.
            Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan,dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal „Alamiin


Jombang, 30 oktober 2012

                                                                          
                                                                                                                      Penulis 






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Kita semua mungkin banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebaran AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang sudah ada di sekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. Tapi kita semua tidak perlu takut. Jika kita berprilaku sehat dan bertanggung jawab serta senantiasa memegang teguh ajaran agama, maka kita akan terbebas dari HIV/AIDS.

1.2. Tujuan
            1. Untuk mengetahui defenisi HIV/AIDS
            2. Untuk mengetahui penyebab HIV/AIDS
            3. Untuk mengetahui penularan HIV/AIDS
            4. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS
            5. Untuk mengetahui penanganan HIV/AIDS

1.3. Rumusan Masalah
            Bagaimana cara pencegahan dan penanganan HIV/AIDS













                                                                        BAB II
                                                                PEMBAHASAN

2.1  Defenisi
            HIV (Human Immunodeficliency Virus) / virus penurunan kekebalan tubuh pada manusia adalah kuman yang sangat kecil yang disebut virus, yang tidak bisa terlihat oleh manusia.
AIDS (Aquired Immuno Deficiensy Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinveksi virus Human Immunodeficliency Virus (HIV). Orang yang terinfeksi virus ini tidak dapat mengatasi serbuan penyakit infeksi lain karena system tubuhnya menurun terus secara drastis.

2.2  Etiologi
            AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Bila seseorang terkena infeksi HIV, virus akan menyerang sistim kekebalan tubuh yaitu bagian tubuh kita yang bertugas untuk melawan infeksi.
Gallo (National Institute of Health, USA) menemukan virus HTL III (Human T. Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS.
Pada tahun 1986 dari Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS disebut HIV-2 dan berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic.

2.3 Tanda dan Gejala
      1. AIDS
                AIDS merupakan manifestasi lanjutan HIV. Selama stadium individu bisa saja merasa sehat dan tidak curiga bahwa mereka penderita penyakit. Pada stadium lanjut, system imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi Opportunistik dan mereka terus menerus menderita penyakit minor dan mayor Karen tubuhnya tidak mampu memberikan pelayanan.
Angka infeksi pada bayi sekitar 1 dalam 6 bayi. Pada awal terinfeksi, memang tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus. Namun beberapa minggu kemudian orang tua yang terinfeksi HIV akan terserang penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare. Penderita AIDS dari luar tampak sehat. Pada tahun ke 3-4 penderita tidak memperlihatkan gejala yang khas. Sesudah tahun ke 5-6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut dan terjadi pembengkakan didaerah kelenjar getah bening. Jika diuraikan tanpa penanganan medis, gejala PMS akan berakibat fatal.
      2. HIV
            Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatif) pada stadium awal sampai dengan gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya HIV menjadi AIDS belum diketahui jelas. Diperkirakan infeksi HIV yang berulang – ulang dan pemaparan terhadap infeksi-infeksi lain mempengaruhi perkembangan kearah AIDS. Menurunnya hitungan sel CDA di bawah 200/ml menunjukkan perkembangan yang semakin buruk. Keadaan yang buruk juga ditunjukkan oleh peningkatan B2 mikro globulin dan juga peningkatan I9A.
Perjalan klinik infeksi HIV telah ditemukan beberapa klasifikasi yaitu :

a. Infeksi Akut : CD4 : 750 – 1000
            Gejala infeksi akut biasanya timbul sedudah masa inkubasi selama 1-3 bulan.       Gejala yang timbul umumnya seperti influenza, demam, atralgia, anereksia,     malaise, gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikarta), gejala syaraf (sakit kepada, nyeri retrobulber, gangguan kognitif danapektif), gangguan gas trointestinal        (nausea, diare). Pada fase ini penyakit tersebut sangat menular karena terjadi     viremia. Gejala tersebut diatas merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya unis    yang berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
b. Infeksi Kronis Asimtomatik : CD4 > 500/ml
            Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun-tahun kemudian, umumnya       sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa penderita     mengalami pembengkakan kelenjar lomfe menyeluruh, disebut limfa denopatio            (LEP), meskipun ini bukanlah hal yang bersifat prognostic dan tidak terpengaruh             bagi hidup penderita. Saat ini sudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4             sebagai petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita, tetapi masih pada          tingkat 500/ml.
c. Infeksi Kronis Simtomatik
            Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagai gejala      penyakit ringan atau lebih berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat      imunitas pemderita.

1). Penurunan Imunitas sedang : CD4 200 – 500
Pada awal sub-fase ini timbul penyakit-penyakit yang lebih ringan misalnya reaktivasi dari herpes zoster atau herpes simpleks. Namun dapat sembuh total atau hanya dengan pengobatan biasa. Keganasan juga dapat timbul pada fase yang lebih lanjut dari sub-fase ini dan dapat berlanjut ke sub fase berikutnya, demikian juga yang disebut AIDS-Related (ARC).
2). Penurunan Imunitas berat : CD4 < 200
Pada sub fase ini terjadi infeksi oportunistik berat yang sering mengancam jiwa penderita. Keganasan juga timbul pada sub fase ini, meskipun sering pada fase yang lebih awal. Viremia terjadi untuk kedua kalinya dan telah dikatakan tubuh sudah dalam kehilangan kekebalannya.



2.4 Tanda dan Gejala AIDS
            Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak ada sebab-sebab imunosupresi yang lain seperti kanker,malnutrisi berat atau pemakaian kortikosteroid yang lama.

a. gejala Mayor :
            1). Penurunan berat badan lebih dari 10%
            2). Diare kronik lebih dari satu bulan
            3). Demam lebih dari satu bulan
b. Gejala Minor :
            1). Batuk lebih dari satu bulan
            2). Dermatitis preuritik umum
            3). Herpes zoster recurrens
            4). Kandidias orofaring
            5). Limfadenopati generalisata
            6). Herpes simplek diseminata yang kronik progresif

            Dicurigai AIDS pada anak. Bila terdapat palinh sedikit dua gejala mayor dan dua gejala minor, dan tidak terdapat sebab – sebab imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat, pemakaian kortikosteroid yang lama atau etiologi lain.

a. Gejala Mayor
            1). Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat dan abnormal
            2). Diare kronik lebih dari 1bulan
            3). Demam lebih dari1bulan
b. Gejala minor
            1). Limfadenopati generalisata
            2). Kandidiasis oro-faring
            3). Infeksi umum yang berulang
            4). Batuk parsisten
            5). Dermatitis

2.5  Penularan / Penyebaran HIV/AIDS
            HIV hidup dicairan tubuh seperti darah, semen dan cairan dari orang yang terinfeksi HIV. Virus menjadi tersebar bila cairan-cairan tubuh tersebut masuk ke tubuh orang lain. HIV bias tersebar dengan cara :
            1. Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi virus.
            2. Jarum dan alat suntik yang tidk steril, atau benda tajam lain yang menusuk                         atau menyayat kulit.
            3. Transfusi darah, bila darah tersebut belum diperiksa apakah bebas dari HIV.
            4. Ibu hamil yang terinveksi HIV menularkan ke bayi sewaktu hamil, melahirkan                     dan menyusui.
            5. Darah terinfeksi yang masuk ke dalam sayatan atau luka terbuka orang lain.


2.6  Pencegahan HIV/AIDS
     Pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara :
1. Selalu dan saling setia dengan pasangan masing-masing
2. Biasakan melakukan hubungan seksual yang aman, yaitu hubungan yang mencegah      masuknya kuman yang mungkin terdapat didalam cairan semen pria kedalam        bagian-bagian tubuh wanita
3. Hindari pelubangan telinga, tattoo, tujuk jarum/membuat sayatan/lubang pada kulit         tubuh dengan alat yang belum dicuci
4. Hindari transfuse darah kecuali untuk keadaan darurat
5. Jangan saling meminjam alat cukur ataupun sikat gigi
6. Jangan menyentuh darah orang lain/luka terbuka tanpa perlindungan
     (Maxwell,     2000)


2.7 Penanganan
1. Penanganan Umum :

a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun demikian                   ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah

2. Penanganan Khusus:

     a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas                                permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan hubungannya                    dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu pemeriksaan tersebut.
     b. Upayakan ketersediaan uji serologic
     c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang berkiatan dengan                   kehamilan da risiko yang dihadapi
     d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan konseling untuk          upaya preventif (penggunaan kondom)
     e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik
     f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus (30.000-                         50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis
     g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang dihadapi                               (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan infeksi).






                                                                        BAB III
                                                                      PENUTUP

 Kesimpulan
            HIV adalah kuman yang sangat kecil, yang disebut virus yang tidak bisa terlihat oleh manusia. AIDS adalah penyakit yang berkembang kemudian, setelah seseorang terkena infeksi HIV, virus AIDS. Penularan HIV pada wanita terjadi melalui pemakaian obat terlarang injeksi 51%. Wanita hetero seksusal 34%, transfuse darah 8% dan tidak diketahui sebanyak 7%. Sedangkan penularan HIV pada bayi dan anak bisa melalui jalur vertical (ibu ke bayi), darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak), dan pemakaian alat kesehatan yang tidak steril. Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi. HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kondisi diasis oral, diare kronis. Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara mulai saat hamil, saat melahirkan dan setelah lahir (Nurs, 2007)

 Saran
            Diharapkan kepada para pembaca supaya lebih memahami apa itu penyebab, penanganan serta tanda-tanda dan gejala HIV/AIDS agar tidak lebih terkena infeksi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar